SPASISULSEL.COM — Makassar, Kemenag Sulsel* – Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan menggelar Refleksi Kepemimpinan dan Policy Talk 2025 sebagai ruang dialog terbuka untuk mengevaluasi capaian kinerja sekaligus merumuskan arah penguatan kebijakan layanan keagamaan yang lebih berdampak dan berkelanjutan.
Sesi Refleksi Kepemimpinan dan Policy Talk dikemas dalam bentuk dialog kepemimpinan (leadership talk), diskusi panel ringan, serta sharing pengalaman dan praktik baik (best practices). Forum ini menjadi ruang refleksi bersama untuk meninjau perjalanan kebijakan Kemenag Sulsel selama setahun terakhir dan membahas tantangan layanan keagamaan ke depan.
Forum refleksi ini menghadirkan sejumlah narasumber, yakni Kepala BPSDM Provinsi Sulawesi Selatan Prof. Dr. Muhammad Jufri, S.Psi., M.Si., M.Psi., Psikolog, Rektor Universitas Islam Makassar, Prof. Dr. H. Muammar Bakry, Lc., M.A., serta Ketua Program Studi S3 Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, Dr. Hj. Yuspiani, M.Pd.
Kakanwil Kemenag Sulsel, Dr. H. Ali Yafid, menegaskan bahwa refleksi kepemimpinan merupakan bagian penting dari upaya perbaikan berkelanjutan.
“Refleksi ini bukan semata melihat capaian, tetapi memastikan kebijakan yang dijalankan benar-benar berdampak. Kita ingin layanan keagamaan terus meningkat kualitasnya, penguatan SDM berjalan konsisten, dan manfaatnya dirasakan langsung oleh masyarakat,” ujarnya.
Dalam diskusi, Prof. Dr. Muhammad Jufri mengapresiasi kepemimpinan Kanwil Kemenag Sulsel yang dinilai adaptif dan terbuka terhadap dialog kebijakan.
“Secara kuantitatif, capaian Kemenag Sulsel sudah baik. Tantangannya kini adalah kualitas. Pengembangan kompetensi ASN dan PPPK perlu dirancang berkelanjutan, termasuk orientasi yang jelas bagi pegawai baru. Selain itu, peningkatan kualitas guru pendidikan agama di sekolah negeri perlu menjadi perhatian serius karena mereka berada di garda terdepan pelayanan kepada masyarakat,” jelasnya.
Ia juga menyoroti perlunya penguatan indikator kebersamaan dalam kerukunan umat beragama.
“Toleransi kita relatif tinggi, tetapi kebersamaan masih perlu diperkuat. Kebijakan harus mendorong interaksi nyata dan kolaborasi lintas umat, bukan sekadar regulasi administratif,” tambahnya.
Sementara itu, Prof. Dr. H. Muammar Bakry menilai arah transformasi layanan keagamaan Kemenag Sulsel telah berada di jalur yang tepat.
“Komitmen Kemenag Sulsel dalam menjaga keseimbangan antara pelayanan publik dan nilai-nilai keagamaan patut diapresiasi. Ke depan, kolaborasi dengan perguruan tinggi perlu diperluas agar kebijakan berbasis riset dan praktik baik dapat terus dikembangkan secara berkelanjutan,” ungkapnya.
Ia juga mendorong agar best practice yang telah berjalan dapat terdokumentasi dan direplikasi.
“Banyak praktik baik di lapangan. Tantangannya adalah bagaimana praktik tersebut dibagikan dan dijadikan kebijakan yang sistemik,” ujarnya.
Adapun Dr. Hj. Yuspiani menekankan pentingnya inklusivitas dan keterlibatan publik dalam transformasi layanan keagamaan.
“Transformasi layanan tidak cukup normatif. Kemenag perlu memastikan layanan dan infrastruktur benar-benar dapat diakses oleh semua kelompok, termasuk penyandang disabilitas dan kelompok rentan. Selain itu, keterlibatan masyarakat dalam perencanaan dan evaluasi program harus terus diperkuat agar kebijakan lebih kontekstual,” tuturnya.
Melalui forum Refleksi Kepemimpinan dan Policy Talk ini, Kanwil Kemenag Sulsel menegaskan komitmennya untuk menjadikan masukan para narasumber sebagai bagian dari penguatan kebijakan ke depan. Penguatan kualitas SDM, peningkatan inklusivitas layanan, perluasan kolaborasi lintas sektor, serta pemanfaatan teknologi dan digitalisasi layanan menjadi sejumlah isu strategis yang terus didorong.
Forum ini menegaskan bahwa transformasi layanan keagamaan tidak hanya diukur dari capaian administratif, tetapi dari dampak kebijakan, keberlanjutan program, dan kepercayaan publik. Dengan dialog yang terbuka dan reflektif, Kemenag Sulsel berupaya memastikan kebijakan yang dirumuskan mampu menjawab kebutuhan masyarakat serta memperkuat kualitas kehidupan beragama di Sulawesi Selatan secara berkelanjutan.(**)
Editor : Abu ✍️






